Selasa, 16 November 2010

Menghadapi Siswa Autis Saat Belajar Di Kelas

Kadangkala guru mengalami kesulitan saat salah seorang siswanya yang ternyata autis tidak mau diajak kompromi. Pada siswa autistik, berjuang keras agar dapat tetap duduk, tetap fokus, dan bertahan dalam mengerjakan tugas, merupakan hal yang sulit. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi guru. Namun dengan dukungan serta penyesuaian yang tepat, siswa-siswa ini mampu meningkatkan waktu mereka fokus sambil tetap merasa nyaman bahkan pada saat diberikan instruksi dengan durasi lebih lama. Dalam artikel ini, lima pilihan diberikan untuk membantu para siswa 'bertahan' dalam situasi seperti tersebut diatas.

1. Berikan mereka kesempatan untuk 'menyibukkan diri'
Beberapa siswa dapat bersikap lebih tenang bilamana mereka memiliki obyek tertentu untuk dimanipulasi sepanjang pelajaran berlangsung. Ada yang senang mencabuti benang dari secarik kain, ada juga yang suka memukul-mukul teman disebelahnya.
Mereka yang memiliki kebutuhan seperti ini, bisa ditawarkan untuk memegang bola lentur yang dapat ditekan-tekan, sedotan, rangkaian manik-manik, karet gelang, ataupun gantungan kunci yang memiliki banyak gantungan. Bila mungkin, berikan pada siswa benda-benda yang berkaitan dengan isi materi pembelajaran. Sambil anak diberi kesempatan untuk melepaskan stres-nya, guru melakukan tanya jawab sederhana menyangkut materi yang sedang dibahas. Atau…seorang siswa yang menggunakan kubus-kubus yang bisa dikaitkan untuk melepaskan tresnya, diajak untuk belajar berhitung dengan menghitung kubus-kubus yang sering ia mainkan tersebut di saat sedang proses belajar individual.

2. Perbolehkan mereka untuk melakukan hal yang mereka sukai.
Memperbolehkan siswa menggambar juga merupakan teknik yang cukup efektif. Selain itu dapat juga diberikan kertas untuk digunting atau sekedar untuk mencoret-coret. Sayangnya hal ini sering dipandang sebagai perilaku 'menghindari tugas' oleh para guru. Banyak pelajar dengan kebutuhan maupun tidak, tampaknya lebih mampu berkonsentrasi pada sebuah pembelajaran atau aktifitas ketika mereka diberikan kesempatan untuk menggambar di sebuah buku notes, menulis di buku mereka, membuat sketsa, atau bahkan (tergantung usia mereka) mewarnai sebuah kertas kerja.

3. Ajak mereka berjalan-jalan saat tidak menurut instruksi atau sulit dikondisikan
Beberapa siswa bekerja lebih baik bila mereka boleh beristirahat diantara serangkaian tugas, dan boleh melakukannya dengan gaya mereka sendiri (berjalan-jalan, meregangkan tubuh, atau sekedar berhenti bekerja). Tidak perlu khawatir jika siswanya kehilangan waktu pembelajaran, justru hal ini akan sangat membantu karena pada anak autis , untuk terus diam dalam waktu tertentu dapat membuatnya jenuh, akan tetapi ia tidak tahu bagaimana menyampaikannya, sehingga meluapkannya dengan berteriak bahkan tantrum. Pada akhirnya mengganggu kegiatan belajar dalam kelas. Atau guru dapat juga memberikan siswanya tugas yang berkaitan dengan materi justru pada saat siswa sedang berjalan kesana kemari.
Guru lain yang menyadari pentingnya gerakan yang sering serta adanya interaksi memutuskan untuk menawarkan "kesempatan bergerak" kepada semua siswa. Ia secara berkala memberikan siswa-siswanya bantuan untuk berdikusi dan lalu mengarahkan mereka untuk 'berjalan dan bicara' kepada seorang siswa lain. Sesudah 10 menit bergerak, ia mengumpulkan siswanya kembali lalu menanyakan kepada mereka berbagai hal sehingga terjadi diskusi hasil percakapan mereka.

4. Memberi alternatif dalam menyelesaikan tugas
Pemberian pilihan dalam penyelesaian tugas, dapat dicoba sesekali oleh seorang guru, walau pada dasarnya anak autis tidak memahaminya. Akan tetapi dengan memberikan pilihan penyelesaian yang lebih menarik dan mudah, dapat memberikan motivasi agar anak tetap fokus dan mau mengikuti pelajaran.

5. Minta bantuan pada siswa tersebut
Tergantung usia siswa, guru bisa meminta siswa menjelaskan keadaan dan mencari tahu apakah ia memiliki ide-ide untuk memperbaiki keadaan. Salah satu siswa ditanya apa yang dapat dilakukan para pengajar menghadapi kecenderungannya untuk 'mudah bergerak' sepanjang 20 menit di akhir hari setiap harinya. Siswa lalu mengatakan bahwa bila ia diperbolehkan mengisap permen, ia akan bisa merasa lebih santai dan bisa terus duduk di kursi. Tim pengajar tertawa dan mulanya tidak percaya, menduga bahwa anjuran tersebut hanyalah akal-akalan saja. Tapi begitu hal ini dilaksanakan, siswa tersebut memang berhasil duduk diam sehingga tidak mengganggu siapapun.
Bila siswa autistik belum mampu berkomunikasi, para guru bisa meminta bantuan keluarga. Biasanya orangtua dengan suka rela berbagi tips yang mereka lihat berguna menghadapi situasi serupa di tempat lain. Bila perlu, mereka diminta untuk mengamati situasi kelas sebelum diminta memberikan usulan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar